Kamis, 28 Februari 2008

lagi...lagi cerpen gue gak selesai???

I. semusim di neraka

Aku menutup kedua telingaku dengan bantal, kurasa tubuhku mulai menggigil, darah panas terasa mengalir dari otak hingga ujung jari-jari kakiku, aku tak tau apakah sekarang aku sudah hamper gila atau bahkan sekarang sudah gila. Sudah hamper dua jam aku mengurung diri di dalam kamar, tapi masih terdengar suara-suara hujatan dan caci maki lengkap dengan bunyi-bunyi barang pecah, entah berapa banyak gelas dan piring yang telah pecah sia-sia.
Pertengkaran malam ini kurasa pertengkaran paling hebat dibandingkan pertengkaran sebelum-sebelumnya. Aku benar-benar benci dengan keadaan ini. Aku sungguh tak tahan lagi melihat kedua orang tuaku bertengkar, dan aku lebih tak tahan lagi melihat ibuku menangis. Selalu saja ada masalah didalam keluargaku, dan malam ini aku benar-benar berada di titik kemarahanku.
Selama ini aku masih terus bertahan dan bersabar menghadapi masalah yang mendera keluargaku. Entah siapa yang harus disalahkan karena telah menciptakan neraka di dalam rumah kami. Beberapa tahun belakangan ini hatiku selalu tak tenang, gelisah dan banyak sekali ketakutan-ketakutan yang terlintas di benakku. Percayalah perasaan itu terasa berat dan melelahkanku, membunuhku pelan-pelan seperti penyakit akut yang menahun. Kalau bukan karena ibu mungkin aku sudah berulang-ulang kali mencoba membunuh diriku sendiri, kalau tak ada ibu mungkin saat ini aku sudah berbaring di atas rel kereta api, membiarkan tubuhku hancur berkeping-keping dilindas roda-roda kereta, atau bahkan aku sudah meletakkan cutter tajam di pergelangan tanganku, membiarkan mata pisaunya memotong habis urat nadiku, tapi itu semua tidak aku lakukan, karena ibu, ibu yang selalu menguatkan aku.
Dan malam ini untuk yang kesekian kalinya aku diusir dari rumah, dan kali ini aku benar-benar ingin pergi, sejak lama aku ingin sekali meninggalkan rumah ini, pergi dan mencari kehidupanku sendiri. Tapi setiap kutatap mata itu, hatiku perih seperti dihujam ribuan belati, dan akupun tak tega meninggalkan ibuku dalam neraka dunia itu. Tapi kali ini entah kekuatan apa yang membuatku tegar tapi yang jelas, tadi ibu memintaku pergi, ibu ingin aku aku pergi meninggalkan rumah ini, aku tau ibu tak ingin aku ikut menderita karena pertengkaran mereka. Tapi ini lebih menyakitkan dari apapun, dan seharusnya aku lebih tegar dari ibu.
Malam masih terasa hening, aku baru berani keluar dari kamar, kulihat ibu tidur dengan mata sembab karena menangis, masih lekat sisa-sisa air mata di pipinya. Kulihat barang-barang berhamburan diruang makan. Sementara itu ayah masih duduk di ruang keluarga sambil menghisap rokok kreteknya, entah apa yang dipikirkannya, asap rokok ia hembuskan dan mengepul ke udara, ruangan ini sudah penuh dengan asap rokok. entah sudah berapa bungkus rokok yang ia habiskan dalam waktu semalam ini, tapi yang jelas kulihat puntung rokok bertebaran dilantai. Aku pergi, aku tak meninggalkan pesan atau sepucuk suratpun dikamarku. Aku tau ibu pasti terluka, sama seperti aku saat ini, tapi mungkin ini lebih baik, paling tidak untukku sendiri.
Aku berjalan dalam pekat malam, kutinggalkan semua kenangan menyakitkan dirumah ini. Aku berbalik, kupandang kembali rumah kami, rumah yang telah menorehkan sejarah dalam hidupku, aku harap ibu baik-baik saja, aku harap ibu lebih kuat dan tegar melebihi aku. Aku harap ibu tak mencoba melakukan hal-hal bodoh yang sempat terlintas dalam pikiranku, aku harap ibu tak berbaring di atas rel kereta atau mencari pisau cutter untuk memotong nadinya, setidaknya kuharap ibu masih ingat aku.
Saat ini aku sudah berada di stasiun kereta api, uang 800 ribu rupiah ini mungkin cukup membawa ku ke Jakarta, besok raditya pasti sudah menungguku di stasiun gambir. Raditya dia yang paling mengerti aku saat ini, mungkin hanya dia nama yang selalu kuingat setiap aku dalam masalah. Sejak pertama kenal, aku selalu menceritakan apapun yang terjadi padaku, kami belum sekalipun bertemu, aku hanya melihat photonya di Friendster, ia tau semuanya tentang aku, hubungan kami hanya berlangsung lewat sms, 4 tahun belakangan ini mungkin ia telah jadi bagian dari diriku, ia selalu ada untuk menguatkan aku, aku selalu iri dengan kehidupannya yang kupikir tanpa beban, Raditya seorang yang bebas, hanya itu yang aku tau tentangnya. Setiap mendapat masukan darinya aku seperti baterai yang baru di charge dan kali ini aku pergi menemuinya.
Lelah dan kantuk yang tak tertahankan, aku benar-benar ingin pergi, pergi ketempat dimana aku berharap bias hidup tenang. Aku memang tak punya siapa-siapa di Jakarta, sedikit gambaran tentang Jakarta yang terlintas dibenakku, Kota yang besar, ramai, macet, banjir, dan kehidupan yang penuh tekanan cukup membuatku takut membayangkan bias bertahan hidup di Jakarta, tapi hidup memang harus berjalan, hanya pesan ibu yang kuingat saat ibu memintaku meninggalkan rumah kami, berjuanglah untuk bertahan hidup dan bertahanlah dalam kondisi sesulit apapun. Esok saat matahari terbit, aku sudah berada di Jakarta.

2. raditya

aku berdiri di lorong kereta Stasiun Gambir, tak terasa aku sudah berada di Jakarta, Ya inilah Jakarta, tempat dimana saat ini aku berdiri. Meraih mimpiku, untuk bisa berjuang hidup lebih baik lagi. meski tak bisa kupungkiri ini juga sebagai pelarian untuk menghapus satu lembaran pahit yang tak ingin kukenang. inilah kota orang-orang meraih impian. Kulihat gedung-gedung bertingkat di wilayah Jakarta pusat, aku melihat suasana yang tampak asing bagiku, kulihat langit begitu buram, buram sekali Aku bahkan tak pernah melihat suasana langit Yogya yang begitu buram, Orang-orang berlalu lalang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Semua orang serba terburu-buru, dan tak mau mengalah, semua orang opurtunis karena dikota semacam ini kesempatan adalah segala-galanya. Mataku masih saja mencari-cari sosok Raditya, aku masih menerka-nerka yang manakah Raditya diantara ratusan orang-orang yang ada di stasiun ini, aku pun mengaktifkan HP ku yang dari kemarin sengaja aku matikan, kulihat ada 15 sms masuk, dari saudara-saudaraku dan semuanya menanyakan keberadaanku dimana. Aku tak berniat membalas sms mereka, bukannya tidak mau, tapi aku harus mulai hidup baru, aku tak akan pulang sebelum aku berhasil, yah itu janjiku. Sampai akhirnya ada telepon masuk aku lihat tertera nama Raditya di layer handphone ku.
“hallo” terdengar suara yang tak asing lagi bagiku.
“ya” jawabku gugup
“andrea loe dimana”
“gue Radit, gue udah di stasiun sekarang, posisi loe dimana?” tanyanya masih dengan suara bising disekitarnya.
“gue di loby, loe dimana? Tanyaku tak sabar.
“gue diparkiran, loe tunggu yah gue jemput loe disana, jangan keman-mana dulu, loe pakai baju apa?"
"gue pakai cardigan hitam, oke gue tunggu loe" aku masih sedikit gugup bertemu Raditya, meski selama ini hubungan kami terasa cukup dekat tapi tak dapat kupungkiri kami belum pernah bertemu, dan rasa kaku pastilah ada saat ini.
Aku masih duduk di loby dengan perasaan campur aduk, kulihat sesosok laki-laki yang sepertinya kukenal datang menghampiriku, ya…itu raditya, dia langsung mengenaliku. dia terlihat jauh berbeda dari yang aku bayangkan, bahkan terlihat lain dari yang kulihat di Friendster. Tampangya sedikit agak lusuh, bahkan terkesan urakan. Jantungku kian berdetak kencang, dari kejauhan kulihat raditya tersenyum padaku, akupun membalas senyumnya. Sampai akhirnya ia datang menghampiriku.
“hai,” sapanya sambil mengulurkan tangannya
akupun membalas salamnya masih dengan perasaan gugup. Aku lihat Raditya cukup tampan, hanya saja ketampananya tertutup dengan penampilannya yang agak urakan, aku juga melihat tato yang ada di lengan kirinya dan pierching di kedua telinganya, namun tak membuat aku takut.
“loe andrea kan.”
“eh….iya, sorry gue nervous ketemu sama loe,” jawabku gugup
“kenapa gue seram ya,”
“ng…nggak, gue nggak percaya aja akhirnya kita bias ketemu juga,” balasku
aku masih saja memandang lekat wajah Raditya, rasanya tak ku percaya dalam waktu semalam saja akhirnya aku bias bertemu dengan orang yang hanya kukenal dari suaranya.
“ayo berangkat sekarang, memangnya kita mau berdiri disini aja,” ujarnya sambil meraih tas bawaanku.
Akupun mengikuti langkah Raditya sampai ke perkiran.
“nanti kalau udah nyempe ke rumah gue, loe jangan kaget ya,”
aku memandang Raditya dengan tersenyum
kami mulai keluar dari stasiun Gambir, Raditya menjemputku dengan motornya. Cuaca di Jakarta sangat panas siang itu, terasa sekali sinarnya yang begitu menyengat menggigit kulitku. Raditya tak pernah diam, selalu ada hal-hal yang ditanyakannya padaku, meski saat ini kami berada di atas motor, dia selalu berusaha meringankan bebanku dengan celotehannya yang terkadang tak lucu tapi mampu membuatku tertawa.
Kami berhenti di depan sebuah warteg, Raditya mulai bertanya padaku
“loe nggak malu kan re kalau makan di warteg,” ujarnya sambil menatapku. Re Raditya memang memanggilku dengan sebutan itu, setiap kali raditya menyebut namaku, hal itu mampu menghapuskan sedikit rasa asing diantara kami.
“kok diam aja, loe nggak malu kan makan di warteg,” ujarnya sambil mengulang pertanyaannya.
“nggak kok, gue biasa makan di warteg,” jawabku
kami pun mulai masuk kesebuah warteg yang tidak begitu luas, Raditya mulai memesan es teh manis.
‘loe mau makan apa re, loe pesen aja jangan sungkan, gue yang traktir kok,” ujarya sambil bercanda
“gue pesen nasi pecel aja,” ujarku dengan suara pelan.
“nggak nyesel Cuma pesen itu, gado-gado nya enak juga loh re, disini tempat langganan gue,” ujar radit lagi
aku hanya bias tersenyum setiap mendengar celotehan Radit.
Setelah selesai makan di warteg kami melanjutkan perjalanan menuju ke rumah radit, seperti tadi, Raditya tek henti-hentinya beceloteh. Dan akupun selalu tersenyum setiap mendengar celotehannya.
Kami mulai memasuki sebuah gang sempit yang padat sekali penduduknya, aku lihat tak ada sedikit pun celah yang membatasi satu rumah dengan rumah lainnya, gang ini begitu sempit hanya bias dilalui dua motor.
Tiba-tiba Raditya menghentikan motornya tepat di depan sebuah bangunan kecil berlantai dua, tepatnya seperti kamar kos-kosan. Aku masih sedikit bingung dan asing dengan suasana baru ini.
“ayo re, ini tempat tinggal gue, lo jangan sungkan, anggap aja rumah sendiri, tapi jangan kaget ya, disini ya beginilah keadaannya, serba pas-pasan, tapi loe jangan khawatir disini aman kok,” Raditya masih berpanjang lebar berbicara padaku
“nggak apa-apa kok dit, gue seharusnya berterima kasih banyak sama loe, karena udah mau nampung gue disini,”
“ayo masuk dulu,” ujar radit sambil membantu memasukkan tas bawaanku ke dalam rumahnya.
Akupun mengikuti langkah Radit memasuki ruangan itu, dinding dan lantai yang lembab serta bau pengap sangat terasa di ruangan ini, aku lihat barang-barang yang ada di ruangan ini tak tersusun dengan rapi, bahkan sedikit kotor. Sementara itu mataku tertuju pada poster-poster dan tulisan-tulisan yang terpampang di dinding ruangan ini, disana ada poster band-band barat dan tulisan-tulisan di dinding itu semuanya berisi kata-kata caci maki.
“disini agak kotor re, loe jangan jijik ya, mungkin loe nggak terbiasa dengan keadaan seperti ini,”
“nggak apa-apa kok dit, loe jangan ngomong begitu, gue jadi nggak enak sama loe, gue udah terbiasa dengan keadaan seperti ini,” ujarku mencoba membohongi Radit. Sungguh aku tak terbiasa dengan keadaan seperti ini, tapi ruangan pengap dan lembab ini mungkin lebih baik dari pada dirumahku, dan mulai saat ini aku harus terbiasa dengan lingkungan baru ini.
“loe tidur diatas aja re sama bimby, nanti gue kenalin loe sama dia, loe jangan khawatir bimby cewek juga kok sama seperti loe,” ujar Radit ketika melihat ekspresiku yang sedikit kaget karena ia menyebut nama Bimby.
“ gue belum pernah kan cerita sama loe tentang bimby?”
“ eh…iya,” jawabku.
Radit memang belum pernah sekalipun bercerita tentang bimby, sedikit rasa penasaran mengusik hatiku.
“loe istirahat aja re, gue bikinin minum buat loe,”
“loe nggak usah repot-repot dit,”
sementara radit membuat minuman di dapur, tiba-tiba mataku tertuju pada photo-photo yang terpampang di atas lemari. Disana ada photo radit dan teman-temannya dengan kostum ala anak punk, sepertinya dalam sebuah konser musik, disana juga ada photo radit bersama dengan seorang wanita bertubuh agak tambun dengan potongan rambut ala Mohawk, mataku juga tak lepas dari sebuah photo yang kini membuat aku sedikit penasaran, photo radit dengan seorang wanita cantik, tampaknya photo tersebut sudah sangat lama.
“itu photo gue dengan teman-teman gue re,” ujar radit mengagetkan aku.
Akupun langsung meletakkan kembali frame photo tersebut ke tempat asalnya.
“ini diminum, Cuma ada air putih doang, nggak apa-apa ya,”
“iya nggak apa-apa,” ujarku masih sedikit gugup.
Kamipun duduk dilantai dengan beralas karpet, disini memang tak ada kursi, hanya karpet lembab ini yang melapisi lantai.
“disini gue tinggal berdua sama bimby, dia teman gue, dia anak baik kok meski tampangnya agak sedikit sangar, tapi loe jangan khawatir, dia juga cewek kok sama seperti loe,” ujar Radit membuka obrolan.
“gue tinggal disini apa nggak ngerepotin loe dit,” aku memotong pembicaraan.
“loe jangan khawatir re, disini orang-orangnya baik-baik kok, tapi yah, beginilah keadaannya, agak sedikit kotor.”
Aku terdiam sambil masih memandangi tulisan-tulisan yang ada di dinding itu.
“kenapa? Loe jangan heran dengan tulisan-tulisan itu, itu kerjaan anak-anak mereka punya bakat nulis tapi nggak tersalurkan, makanya tembok yang jadi sasaran,” ujar radit bercanda.
Aku masih sedikit heran ketika radit menyebut kata anak-anak. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya.
“dit loe udah lama tinggal disini,” ujarku
“udah 2 tahun terakhir, kemarin gue di kontrakan gang sebelah, tapi karena kontrakannya di rehab jadi gue pindah disini. Ini juga sebenarnya kontrakan bimby, tapi kita join bayar sama-sama.”
“sekarang bimby nya kemana?” tanyaku
“bimby lagi kerja, dia Bantu-bantu temen gue di Distro.”
“oh…”
“yah…lumayan lah re, dari pada tidur di jalanan, paling nggak masih ada atap buat berteduh kalau hari hujan,”
“dulu, waktu gue sedang ngalamin gejolak jiwa masa remaja, gue pernah beberapa kali dalam waktu yang lama tinggal di jalanan, kalau dalam istilah anak punk “on the street”, dulu gue bias tidur dimana aja, di halte, di pinggiran jalan, bahkan di trotoar. Mencari makan dengan mengamen dan berbagai cara asal nggak nyolong. Dulu jiwa gue begitu liar, istilahnya gue adalah seorang punkers. Tapi sekarang ini gue nggak bergaya seperti anak-anak punk pada umumnya, Mohawk, boots, dan jaket kulit, itu hanya aksesoris semata, yang penting idealisnya kudu tetap terjaga.”
“jadi loe seorang punk dit?” tanyaku dengan sedikit penasaran
“loe jangan kaget re, punk nggak semuanya buruk.” Balas Radit.
“maaf dit gue nggak bermaksud menilai buruk loe, gue nervous aja, ternyata radit yang gue kenal adalah seorang punk, gue iri dengan kebebasan loe dit, gue iri dengan hidup loe yang sepertinya tanpa beban,”
“siapa bilang hidup gue tanpa beban re, jadi punk bukan berarti bebas dari segala masalah, gue juga manusia sama seperti loe, banyak banget permasalahan yang gue hadapin, Cuma gue berusaha ngadepinnya dengan tenang, gue berusaha ngejalanin hidup mengalir apa adanya.”
“gue pernah ngalamin masalah yang lebih parah dari loe, re?”
mataku langsung tertuju kea rah radit ketika ia mengatakan itu.
“dulu waktu gue masih di Semarang, gue juga ngalamin hal yang sama seperti loe, keluarga gue juga berantakan, bokap gue diam-diam punya WIL, sementara ibu gue sakit-sakitan karena nggak sanggup menahan beban sendiri. sampai akhirnya gue terpaksa berhenti kuliah karena masih ada adik gue yang harus di sekolahin juga. Gue lari ke Jakarta, ketika nyokap benar-benar berani ngambil keputusan buat cerai dari bokap, gue rasa itu lebih baik. Cita-cita gue pengen jadi orang yang berhasil di Jakarta, biar bias ngidupin nyokap dan adek-adek, tapi nyatanya sampai sekarang gue belum bias memberikan apa-apa buat mereka.” Ujat Radit sedih.
kulihat air muka radit tampak berubah ketika menceritakan masa lalunya.
“gue juga berharap bias tegar seperti loe dit, walaupun akhir-akhir ini gue ngerasa hidup ini nggak adil,” ujarku pelan.
“loe nggak boleh bicara begitu re, hidup ini sudah sangat adil, karena nggak ada kebahagiaan yang bias terlihat dan terwujud tanpa ada pembandingannya yaitu penderitaan, juga nggak ada orang yang menilai sesuatu itu benar tanpa ada pembandingannya yaitu salah, karena benar dan salah itu relative, jadi menurut gue hidup ini sudah sangat adil re,”
aku terdiam mendengar kata-kata Radit.
“kita memang harus tetap ngejalanin hidup re, meski sesulit apapun, semua masalah pasti bias dilalui, yang penting jangan putus asa dan terus berusaha.”
Selalu begitu, radit selalu menguatkan aku. Aku harap bias tegar seperti radit, aku harap bias ngejalanin hidup dengan baik di Jakarta.
Tak terasa waktu hamper malam, kami masih membicarakan banyak hal sampai akhirnya sesosok wanita bertubuh tambun datang menghampiri kami.
“hai,” sapanya dengan ramah
“udah lama nyampenya, sory nggak ikutan jemput loe di statsiun,”
aku tersenyum masih dengan ekspresi bingung mendengar perkataannya, mungkin radit sudah menceritakan semua tentang aku.
“radit banyak cerita tentang loe, oya kenalin gue bimby, loe anggap rumah sendiri aja, kita ngumpul-ngumpul disini, kalau ada ya kita makan, kalau nggak ada juga ya kita puasa sama-sama” ujarnya lagi sambil bercanda.
“iya puasa biar loe bias kurus dikit,” timpal radit
“eh… loe nggak liat apa body gue udah bohay gini,” selanya sambil menepuk pantatnya yang kurasa berukuran 3 kali pantatku.
Akupun tersenyum mendengar celotehan mereka. Mereka tampak akrab sekali, bahkan tanpa beban. Aku harap bias seperti mereka, masih bias tertawa, walau di hati sangat terasa sakit.
“ini gue bawain bandrek buat loe berdua, lumayan diluar udaranya dingin banget, tumben-tumben yah udara Jakarta bias sedingin ini kalo malem.” Ujar bimby nggak berhenti bicara.
“asyik, bimby lagi banyak rejeki, ini nih re, yang gue suka dari bimby, nih anak kalau lagi punya duit nggak suka pelit orangnya, dia selalu baek hati,” puji radit sambil melirik bimby.
“udah loe nggak usah banyak basa-basi, bosen gue denger basa-basi loe” balas bimby.
Sementara itu aku hanya bias tersenyum mendengar celotehan mereka.
Tak terasa malam telah larut, kami bertiga pun larut dalam obrolan yang tak henti-hentinya membuat aku tertawa. Sedikit beban terasa berkurang dalam diriku, tapi entah bagaimana besok, yang jelas, ini bukan akhir dari kisahku, ini adalah awal perjalananku.


3. aku dan Jakarta
tak terasa sudah 3 hari aku berada di Jakarta, selama 3 hari ini juga aku tak bias memejamkan mataku, selintas bayangan ibu dan kejadian-kejadian kemarin masih berkelabat di benakku. Bukan itu saja, tampaknya aku harus mulai beradaptasi dengan lingkungan disini, terutama dengan dengkuran yang keluar dari tubuh tambun Bimby sewaktu tidur.
Pagi yang kurasa tak secerah pagi waktu di Yogya, aku mencoba keluar kamar dan berdiri di loteng untuk menghirup udara pagi, namun kulihat gumpalan awan hitam berarak diatas langit, nampaknya udara di Jakarta sudah tak ada yang bersih, semua sudah tercemar. Aku memandang kebawah, seperti 2 hari kemarin aku masih melihat pemandangan yang sama yang dilakukan warga di gang ini. Ada pak Daeng yang siap-siap menjajakan bubur ayam kelilingnya, juga ada sari, gadis asal indramayu, tetangga sebelah yang baru seminggu jadi SPG di Jakarta. Juga Bang Obin yang setiap pagi selalu memanasi mesin motornya dengan menggas motornya dengan sekuat-kuatnya.
Aku lihat Bimby masih tertidur pulas, akupun turun keruangan bawah.
“pagi re, gimana tidurnya? Nyenyak” ujar radit mengagetkan aku.
“nyenyak kok,” balasku berbohong
“loe mau berangkat kerja, Dit”
“iya gue shift pagi hari ini,” ujar Radit sumringah.
Kuamati Radit lumayan rapi dengan seragam kerjanya, Radit memang sudah hamper setahun ini bekerja sebagai consumer service di salah satu restoran siap saji di Jakarta, Raditya memang seorang tipe pekerja keras, aku jadi tak enak hati berada lebih lama disini sementara aku belum mendapatkan pekerjaan.
“Dit gue mau cari kerja hari ini?” ujarku mantap.
Kulihat Radit tercengang sambil memasang tali sepatunya.
“tapi loe kan baru 3 hari di Jakarta re, emang udah tau jalanan di Jakarta?” Tanya radit
“belum sih,” jawabku.
“rencananya mau cari kerja dimana re,”
“entahlah Dit, kerja apa aja, yang penting halal”
“oke dech, nanti kalau gue off, gue temenin lo nyari kerja oke?” ujar radit sambil mengedipkan matanya.
“oke, gue berangkat kerja sekarang, bye”
“iya hati-hati di jalan yah?” ujarku.

***

jam menunjukkan pukul 10.00 siang, tapi Bimby belum juga bangun, tubuhku terasa pegal sekali setelah tadi aku membersihkan rumah ini, mulai dari menyapu, mengepel dan mencuci piring.
Aku duduk sambil menonton TV di ruangan bawah, tiba-tiba Bimby datang dan mengejutkan aku.
“aduh re, gue kesiangan nih, kok loe nggak banguin gue sih,” ujar Bimby terburu-buru.
“sorry Bim, gue lihat loe nyenyak banget tidurnya, gue nggak tega bangunin loe.”
“loh kok tumben rumah ini bersih, loe yang ngerjain semua?” Tanya Bimby lagi dengan heran.
Aku hanya tersenyum melihat ekspresi Bimby yang lagi kebingungan.
“loe nggak mandi Bim,”
“nggak deh, udah nggak keburu, lagian mandi pa nggak, nggak ngaruh tuh sama gaji gue,” sahut Bimby seenaknya.
Aku hanya tersenyum melihat Bimby yang linglung karena terburu-buru.
“eh re, kalo loe bosen dirumah, nggak apa-apa tuh ikut gue ke Distro, disana loe bias liat-liat kita bikin kaos, dari proses ngedesain gambar, nyetak sampai proses masuk distronya, nggak pa-pa lagi, disana rame kok” ujar Bimby.
“gak usah dech Bim, lain kali aja, biar gue dirumah aja” jawabku.
‘apa loe nggak bosen, gue ma Radit pasti malem pulang kerjanya, nggak apa-apa nih kalo ditinggalin sendirian,” ujar Bimby sedikit khawatir.
“udah gue nggak apa-apa kok” jawabku.
“ya udah kalo gitu gue berangkat dulu ya, bye?” ujar Bimby sambil berlari keluar gang.

***

malam ini aku turun kejalan, menikmati malamnya Jakarta yang dingin, aku sangat asing disini, sebuah dunia yang lain dari keseharianku. aku berjalan menyusuri trotoar, jalanan masih sangat ramai, bahkan orang-orang baru pulang bekerja, padahal hari sudah hamper jam 8 malam. Inilah aktifitas Jakarta yang tak pernah mati. Suara lalu lalang kendaraan sangat bising,

ini cerpen belom selesai, kalo mau baca yo wesss gak pa2

1.

Uhhbete banget kalo ingat ini hari Senin.. keasyikan weekend kemarin, makanya jadi males untuk mulai beraktifitas. , Kembali ke kuliah pada hari senin..
kembali ketemu ass lab yang mukanya kek naga sedang kena diare..
ketemu dengan dosen-dosen ajaib.. bermuka brad pitt yg lagi dicolok idungnya. Hari ini ada kelas Bu Renata lagi, gue tuh paling bete banget ngikutin pelajarannya, bayangin aja dua semester berturut-turut harus ketemu sama dia. Sebenarnya dia tuh tipe Dosen yang bagus. Cara ngajarnya enak, mudah dimengerti dan satu lagi yang bagus dari dia, dia nggak pilih kasih, kalo jelek ya tetap aja jelek. Biasanya kan ada tuh Dosen yang hanya perhatian sama mahasiswanya yang cantik dan yang ganteng-ganteng aja, bahkan yang lebih tajir juga, yang kere dilewatin aja. Satu yang gue kurang suka dari Bu Renata, dia tuh hampir nggak pernah senyum, wajahnya cemberut aja, dan itu yang menjadi pertanyaan kita semua penghuni kampus. Stok senyumnya habis kali yah?
gue mesti buru-buru nih, biarpun males tapi gue harus tetap ke kampus, ya paling nggak ngisi absen aja, terus cabut.

***

Sesampainya di kampus
‘Egan mana ya,” mataku terus mencari-cari sosok kurus, tinggi dan berambut gimbal itu. He..he… tak sulit mencari Egan, di Kampus ini kan hanya dia yang punya tampang aneh. Mmhhh meskipun aneh Egan tuh asyik, friendship and respect yang jelas Egan menyenangkan, membingungkan dan sekaligus memusingkan. Eh… tapi gue salut loh, tuh anak punya motto hidup “STRUGGLE FOR SURVIVE” wow keren kan, Mr. Egan aka Ember gue sering menyebutnya adalah salah satu "kompor meledug" yang bisa banget ngomporin orang-orang untuk melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak terpuji, gue sering banget jadi korbannya. Kalo udah begini gue sering melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil misalnya ngumpetin kaos kakinya huahahaha... sorry for d' lil mess i've made ya bro'! udah ah stop dulu promosinya.
“eh ngapain loe, pagi-pagi udah ngelamun aja, gue cari-cari dari tadi juga,” ujarku sambil menepuk pundak Egan.
Napa loe pagi-pagi udah comel,” balas Egan
“eh bete banget ya, bolos yuk,” tiba-tiba ide gila muncul di otakku. Egan yang otaknya juga rada-rada eror langsung setuju aja dengan ajakanku.


***

Aku dan Egan memasuki kantin yang ada di belakang kampus

loe dah sarapan belum, mau dipesenin nggak,” tanyaku pada Egan
sekalian traktir ya,”
maunya, ya udah gue pesenin nasi uduk ya,” ujarku sambil memberi isyarat pada penjaga kantin.
“eh Gan, ini nih minggu ketiga kita bolos mata kuliahnya Bu Renata, sekali lagi aja nih kita bolos buat yang keempat kalinya, udah pasti semester ini kita nggak lulus mata kuliah ini.”
loh… yang puny ide siapa tadi? Loe kenapa baru sadar kalo semester ini nilai kita bakal anjlok.”
iya ya, kok bias-bisanya gue kepikiran bolos hari ini, abis bete banget sih, loe juga kok mau-maunya gue ajak bolos, ada nggak sih obat bete yang mujarab,” tanyaku pada Egan sambil menyendokkan nasi uduk ke mulutku.
tidur,” jawab Egan
yeeitu sih maunya elo,”
terus apa dong, shopping atau jalan-jalan ke Mall jelas nggak mungkin juga, gue tau kantong loe lagi cekak,” ujar Egan sambil meledek.
kok loe tau gue lagi bokek, berarti yang traktir gue makan loe yah,” ujarku girang.
udah gue aja yang traktir,”
terus rencana kita habis ini mau kemana?” tanyaku sambil berpikir sesuatu.
ke warnet aja yuk, sekalian mau cek email gue,” egan memberi ide.
boleh lagian gue udah lama nggak chatting ma temen-temen gue,”
ketempat temen gue aja yah, biar bias gratisan,” ujar Egan sambil beranjak dari tempat duduknya.

***

sesampainya di Warnet

aku memilih tempat duduk yang ada di pojokan biar nggak keganggu sama dua anak SMU yang dari tadi cekikikan nggak tau lagi ngeributin apa. Tuh anak pasti bolos juga, mau jadi apa bangsa ini generasi penerusnya pada males-males semua, lihat aja tuh, siswanya bolos, mahasiswanya bolos, jangan-jangan yang duduk di kursi dewan juga pada bolos juga hari ini.
Aku membuka Yahoo Messenger dan langsung memasukkan user name dan passwordku, setelah online kulihat teman-temanku tak satu pun yang online, akupun memutuskan mencari teman chatting lagi di Chat Room. “band_delmmhhh…. Nama yang unik
mhoza_wow : hai….
band_del : hai too
mhoza_wow : boleh kenal nggak?
Ban_del : boleh, asl pls
mhoza_wow : Jogja, 19, ce
mhoza_wow : u ?
band_del : Jkt, 22, co
mhoza_wow : kuliah/kerja
ban_del : nggak kuliah
mhoza_wow : oooo?
Band_del : u ?
Mhoza_wow : kuliah
Band_del : jurusan apa?
Mhoza_wow : Desain grafis
Mhoza_wow : ada cam nggak?
Band_del : ada, u ?
Mhoza_wow : tukeran dong
Band_del : oke tunggu yah?
Band_del : udah belom
Mhoza_wow : udah, he..he… botak mirip jet lee yah?
Band_del : masa sih? Gue pribumi asli
B : cam lo mana?
M : sorry gue gak pake
B : loe boong yah?
M : iya sorry, disini nggak ada cam, gpp yach?
B : pict ada gak?
M : nggak ada, belom di upload.
B : ya udah gpp
B : cirri-ciri loe kayak apa?
M : maksudnya fisik gue?
B : yah
M : gue kurus, gak putih tapi nggak item-tem amat, rambut lurus.
B : tinggi loe berapa?
M : napa penasaran ya sama gue?
: iya
M : tinggi gue 165
M : gue add loe yah?
B : oke
M : btw lo di JKT mana?
M : buzz
M : buzz
M : alowwwww…..tidur yach??

Nggak ada balasan, aku pun langsung meng sign out YM ku.
Nggak terasa udah 2 jam aku dan Egan di Warnet.
“Gan balik yuk, loe asyik aja sendirian disitu, chat sama siapa sih? Bete nih gue.”
bilang aja loe ngantuk, atau loe laper lagi, tunggu dong bentar gue lagi asyik nih,’ ujar Egan tanpa sedikitpun berpaling dari monitornya.

***

setengah jam kemudian Egan mengantarku ke kost-kostan.
“thanks yah, udah ngenterin gue,” ujarku sambil menyerahkan helm ke tangan Egan.
“eh lain kali bayar, jangan mau gratisan aja.”
udah, biar besok gue naik taksi aja, loe nggak usah jemput gue lagi.”
lagaknya, kayak banyak duit aja,” ledek Egan.
Btw entar malem loe kesini nggak.”
“sorry coy, kayaknya nggak bias nih, gue mau ke tempat Muti, masa sih siang malem gue mesti ngapelin loem bosen tau…makanya punya paar jangan dumpetin, emangnya enak long distance,” ujar Egan sambil menstrater motornya.
eittss nggak sopan ya?” teriakku pada Egan yang langsung memacu motornya.
Bener juga kata Egan, pacaran jarak jauh emang gak enak, idam mikirin gue nggak yah,”
Aku dan Idam sudah kurang lebih 2 tahun ngejalanin pacaran jarak jauh, nggak enak sih, tapi mau gimana lagi setelah tamat SMU Idam lebih memilih nerusin kuliah di Bandung.
Tiba-tiba intro where is the love nya Black Eye Peads terdengar dari HP ku. Eh … ada SMS masuk, panjang umur nih anak, tau aja kalo gue lagi mikirin dia.


Zha, pa kabar?
Kangen nih…
Sender : Idam Chayank

Uhh…sebel Idam selalu bilang kangen tapi nggak pernah sekalipun mencoba merealisasikannya, dateng kek ke Jogja gue kan kangen juga sama dia.

Gue baik
Gue juga kangen, lagi sibuk apa sekarang?
Sender : mhozakoe


Eh zha, entar kita SMS an lagi yah, aku lagi di jalan
Miss u
Sender : Idam Chayank

Selalu begitu, selalu nggak ada romantis-romantisnya. Uhh..bete!! benar-benar hari yang membosankan. Akupun bergegas masuk ke rumah dan mulai berpikir sesuatu untuk mengusir kejenuhan ini.

***

sekarang pukul 4 sore setelah mandi bergegas aku mengenakan pakaian kebesarankuT-shirt dan celana jins. Uhh… males banget dech Egan jelas nggak dateng entar malem. Eh… jadi lupa nih, aku kan mesti nyari bahan buat paper, aduh…. Kenapa bias lupa sih, padahal tadi seharian di warnet. Pas pulang dah kecapean gitu…akhirnya ketiduran, huhuuuhuu pake acara lupa lagi kalau ada tugas paper dari Pak Miko.
Nelpon Egan ngajak ke Warnet lagi nggak mungkin, pasti tuh anak lagi tidur.. aduh kenapa sih dunia jadi seribet ini, atau akunya aja yang terlalu bergantung sama Egan kemana-mana mesti ditemenin, apalagi sekarang dia lagi PDKT sama Muti, yah gue bakal sendiri lagi nih. ke warnet kan bias jalan kaki, akhirnya aku memutuskan untuk berjalan kaki ke Warnet.

Sesampainya di warnet aku memilih Komputer yang di pojokan biar nggak keganggu sama yang lain.
Satu jam kemudian pas abis browsing untuk bahan paper, aku memutuskan untuk chatting lagi, setelah membuka Yahoo Messenger, tampil di monitor Band_del is online. “loh inikan cowok yang tadi siang online,” gumamku.

M : hai…
B : hai juga…
B : lagi dimana? Ngapain…
M : di warnet
M : lagi chat sama loe
B : iya tau…
M : Btw nama loe sapa?
B : Nara
B : loe siapa?
M : gue Mhoza
B : asli mana?
M : gue asli sumatera, loe sendiri asli mana?
B : semarang
B : profil loe ada nggak?
M : ada
B : boleh liat?
M : boleh …
M : udah belom?
B : kok nggak ada pict nya?
M : iya belom di upload..
B : upload dong?
M : btw lo di Jkt mana?
B : jak bar
Nggak terasa udah hamper maghrib, akhirnya aku memutuskan untuk pulang.
M : nara gue off dulu yah, udah mo maghrib.
B : lo sholat ya…
M : iya..
B : mhhhh…gue udah lama nggak loh?
M : itu udah kewajiban…
M : bye…
B : bye…

2.

Uhh…benar-benar minggu yang membosankan, aduh kenapa sih hidupku rumit banget, atau akunya aja yang terlalu banyak ngeluh.
Laundry day!!! Hahaha…aku hamper lupa kalau cucianku udah numpuk banget, musim hujan lagi, cucian 2 hari yang lalu aja belum kering, jadinya bau apek, harus dicucui ulang nih…sekalian dikeringin dan disetrika.
Abis nyuci sendirian dan bete, akhirnya aku putuskan nonton sitcom OB di RCTI, huhuhu….boring udah terlalu sering lihat OB nih, kenapa sih OB sering diputer, sehari bias dua kali serial komedi yang lain kan juga banyak???
Egan mana yah? Kok gak muncul-muncul dari semalem, gitu yah… Egan kalo udah sibuk pacaran, temen dilupain, ya udahlah…. Temen yang baik harus pengertian.
Terus pas abis serial OB, gak bias tidur nih… akhirnya aku memutuskan ke warnet aja, mau hunting cowok cakep sapa tau aja ada yang kecantol hehehe….

Setibanya di warnet aku putuskan mengambil tempat yang biasa di pojokan biar lebih tenang dan nggak keganggu browsingnya.
“eh dia lagi yang online,” setelah aku membuka YM ku, terlihat yang online hanya Band_del di daftar friend ku.

M : hai nara…
B : hai juga
M : lagi dimana?
B : warnet, u?
M : warnet juga
M : ngapain ?
B : lagi chat aja ?
M : sama pacarnya ya?
B : eh nggak, lagi nggak punya pacar…
M : masa sih
B : iya serius
B : kemaren sempet punya, tapi udah putus
M : napa ? kok putus…
B : mantan gue sering gak suka kalo gue manggung bareng band gue.
M : oh gitu..
M ; loe anak band yah?
B : yup, gue seorang punkers
M : keren dong
M : Btw gue juga punya band dulu waktu SMA.
B : oh ya….posisi loe apa?
M : gue vocal
B : masih sering manggung gak?”
M : nggak, kita ikut pensi-pensi aja dulunya.
B : oh…


M : Btw cam nya dong, jadi pengen liat tampangnya anak punk…
B : oke udah belom?
M : udah
M : kok nggak ada mohawknya
B : ia udah dipotong he…he…
M : musik loe pasti yang rada-rada keras gitu yah?
B : ia musik yang ekstrem gitu, yang mainnya terkesan sakarepe dewe he…he..
M : band favorite loe apa?
B : band gue sendiri dan band-band punk yang nggak masuk major.
M : kok bias?napa
B : adalah hal yang diharamkan bagi band punk yang punya semangat Do It Yourself, masuk major berarti udah keluar jalur dan merupakan pengkhianat underground. Atau lebih dikenal dengan pengkapitalismean punk.
M : tapi gue lihat kebanyakan anak punk sekarang bila ditanya band-band favorite mereka pasti nama-nama itu adalah band-band punk yang masuk major. Jadi gimana tuh dengan ideology yang mereka percaya?
B : terserah deh pendapat loe gimana…
M : jangan ngembek dong, maaf kalo salah ngomong, gini aja kalo band punk kayak Rancid, Ramones dan Sex Pistols nggak masuk major, bisa jadi Indonesia belum kenal musik punk sampe tahun 2000, dong?
B : tau ah gelap???Yang jelas gue hanya suka band dan musik gue.
M : nama band loe apa?
B : the unsilent!!!
M : the unsilent, wah apaan tuh…???
B : gak tau suka-suka aja….
M : posisi loe apa di band
B : gue bassis
M : wah hebat tuh pasti lincah deh jari-jarinya
B : lincah yang gimana tuh???
M : membetot bass maksud gue..
B : oh..
B : loe sendiri udah punya pacar belom?
M : udah..
B : dimana?
M : Bandung
B : long distance dong?
M : ya gitu deh…
B : boleh minta no HP o gak?
B : tukeran maksud gue
M : boleh
B : 081511276203
M : 081933042886
B : no SMS no miscall oke?
B : di save yah?

Aku melirik bill yang ada do monitorku, gak terasa udah 4 jam aku disini, gawat udah 12.000 rupiah, aku kan Cuma bawa uang 13.000 doang. Jam menunjukkan pukul 5 sore, Akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

M : gue off dulu yah?
B : kenapa?
M : dah sore,
B : oke nggak pa pa, ntar Pm an lagi yah?
M : oke bye
B : bye

Sesampainya di rumah, ughh laper nih mendingan aku mulai masak deh sekarang, nasi + telor + kecap, hehe… jadi deh nasi goring ala mhoza.
Habis makan ngapain yah, gini nih… kalo lagi sendirian. Jadi mikir…. Kegiatan kalo nggak kuliah kok Cuma nonton TV aja yah…???
Aku mengotak-atik HP ku, pengen sih SMS Idam, kangen banget, gak sengaja aku melirik No. HP nya Nara yang sudah ku save di HP ku. Eh…. Nara boleh juga tuh si punkeers yang funkee, tapi kalo dilihat-lihat nara nice juga loh, tampangnya mirip-mirip Dj Winky gitu, tadinya gue piker tampangnya ekstrem juga, dengan rambut mohawknya, pierching dan tato dimana-mana. Tapi nggak gitu loh….Nara yang rambutnya plontos, tinggi, sedikit junkes, eh…punya tato nggak yah, gak tau deh huhuhu…. Jadi kangen pengen chatting lagi sama dia.

Tiba-tiba HP ku bunyi, ada SMS masuk

Hai zha…?
Lagi ngapain
Sender : punkeers

Yee…aku nggak mimpi, baru aja dipikirin, udah nongol aja tuh anak.

Hai juga
Gak lagi ngapa2in
Lagi dimana? Btw katanya no sms no miscall?
Sender : mhoza

Lagi ngejam sama anak-anak, eh iya
Jadi kangen nih sama loe?
Sender : punkeers

He…he…
Masa sih? Sama dong
Sender : mhoza

Yeee…SMS gue invalid, habis pulsa nih, jadi nggak bias bales SMS nya Nara.

Kok nggak di reply ?
Sibuk yah…
Sender : punkeers

Aduh padahal lagi asyik-asyiknya nih SMS an sama Nara, pakai acara habis pulsa lagi

3.

“zha buruan dong, niat kuliah nggak sih?” terdengar teriakan Egan dari luar kamar kostku.
“iya tunggu bentar, lagi pake sepatu,” ujarku sambil berteriak menjawab pertanyaannya.

Uhh…benar-benar hari yang gue benci, Monday is bad days.
“loe kenapa sih zha, makin hari makin lelet aja, loe tau sadar nggak sih seminggu lagi tuh kita udah ujian semester, loe janji yah nggak ngajak gue bolos lagi,’ ujar Egan.
“iya-iya gue tau, gue juga dah mau insyaf nih nggak mau bolos lagi.
“eh…tumben loe bawa mobil,” ujarku heran, nggak biasanya Egan ke kampus bawa mobil.
“iya nih motor gue masih belum beres, ehh… zha loe yang nyetir ya, gue mau nyalin catatan yang kemaren biar nggak ketinggalan.
“oke dech, Btw nggak takut nih gue yang bawa mobilnya.”
“nggak asal nyampe aja ke kampus, ayo buruan.”

Tak lama kemudian, baru keluar dari gang kost ku.
Tiba-tiba BRaaakkkk……!!!! Terdengar bunyi benturan yang sangat keras, sontak aku dan egan terasa terpental ke depan.
”ya ampun Gan, mobil loe,” cepat-cepat aku dan Egan keluar dari mobil dan mendapati bagian depan mobil Egan ringsek dengan kap mesin terbuka.
“yahhh mampus deh gue,” terlihat raut wajah Egan agak sedikit shock.
“gan maafin gue, gue nggak sengaja, nggak tau kalau didepan ada pagar.,” ujarku dengan sedikit gugup.
“aduh zha, belom lagi keluar dari gang rumah loe, loe pake nabrak pagar segala sih.”
“gan maafin gue dong, terus gimana? Gue aja deh yang bayar servicenya.”
“bukan masalah itu zha, lagian lagak loe kayak banyak duit aja, gue tau loe belom dapat kiriman,” ujar Egan sambil berpikir sesuatu.
“gini aja dech kita ke ketok magic aja dulu biar dititipin disitu, lagian kayaknya rusaknya gak parah-parah amat kok.”
Aku masih terdiam, perasaanku nggak enak banget sama Egan, selama ini aku selalu nyusahin dia.
“zha kok ngelamun, ayo buruan kita ke bengkel,” ujar egan sambil mengambil alih kemudi.

Sesampainya di Bengkel
“gimana mas, ada yang parah nggak rusaknya,” ujarku sama tukang bengkel.
“nggak parah kok Cuma kap mesinnnya aja, paling setengah hari juga selesai, tapi kalo mau di cat ulang bodynya yang lecet itu butuh waktu 3 hari,” ujar mas yang punya bengkel sambil terus mengamati bagian mobil Egan yang lecet.
“kayaknya nggak usah di deco dulu dech mas, yang penting mobilnya bias jalan, soalnya mobil ini juga mau dipake entar malem,” ujar Egan.

Sambil menunggu mobil diperbaiki aku dan Egan duduk di Kios sebelah sambil memesan minuman dingin.
“aduh gan, bener-bener bad days, sial banget sih hari ini, gue jadi nggak enak nih sama loe.
“kuwalat loe, makanya jangan suka benci sama hari senin.”
“udah nggak usah dipikirin, lagian nggak parah-parah amat kok rusaknya.
“waduh celaka,” tiba-tiba aja Egan menepuk dahinya.
“apa lagi gan,” tanyaku heran.
“loe lupa hari ini hari senin, Bu Renata?? Artinya ita bolos lagi zha?
“ya ampun gan aitu berarti ini udah ke empat kalinya kita nggak ikut mata kuliahnya Bu Renata. Sekarang udah jam setengah dua belas, anak-anak pasti udah cabut, aduh kacau nih…”

aku dan Egan masih terbengong-bengong, ini kesalahan yang nggak terecana oleh kami berdua.

“ya udah zha, mau diapain lagi nasi udah jadi kerak telor,” ucapnya nyeleneh.
“itu artinya loe nggak takut sama ancaman Bu Renata untuk nggak ngelulusin kita kalo kita bolos kelasnya dia. Udah banyak kejadian temen-temen kita di semester kemarin yang nggak lulus mata kuliahnya dia.”
“takut sih nggak zha, Cuma khawatir aja, kalo kita dikasih nilai D itu berarti kita nggak bakalan bias ikut KKP tahun ini, kalo nggak ikut KKP berarti kita harus menunggu setahun lagi buat nyusun tugas akhir, dan itu artinya kita harus ngulang lagi di tahun depan,” ujar Egan panjang lebar.
Aku masih aja terdiam mendengar penjelasan Egan dan mulai berpikir sesuatu.
“siap nggak siap zha, mesti dihadapin, orang udah nyampe bulan kita masih aja di stasiun.”
“iya ready or not gan.” Balasku.

***
Btw seharian nemenin Egan di bengkel, capek, panas, terpaksa nggak ikut lagi mata kuliah Bu Renata. Aduh….siap nggak y ague ngadepin ujian semester, wah…gawat tinggal seminggu lagi tuh. Bahan-bahan buat dipelajarin udah siap semua, tapi kok males banget buat buka buku, baca-baca kek dikit. Kan masih ada waktu seminggu buat belajar, lagian belajar dari sekarang nggak bakalan nyangkut di otak gue, pakai system kejar tayang aja hehehe… kayak sinetron.

Hmmm…next plan?? Gue ke warnet aja ah, kali aja ada email dari Idam.

Sesampainya di warnet
Biasa gue selalu online di YM, cari-cari temen gitu deh?
“eh… yang online banyak nih.”
Kulihat di daftar friend ku ada beberapa temen yang online, tapi aku lebih tertarik dengan “Band_del”
“eh..dia lagi, si punkeers.”
M : hai…
B : hai juga
M : pa kabarnya hari ini
B : mhh.. baik, loe gimana?
M : baik, Cuma ada sedikit insiden tadi?
B : apaaan..??
M : gue nabrak pagarrrrrrr
B : kok bias…?
B : makanya kalo nyetir jangan pake mabok????
M : eh…nggak, siapa lagi yang mabok!!!
M : gue bukan alcoholic, pokoknya no alcohol, no drugs deh!!
B : masa seh!!!!
B : kalo ngerokok….??
B : loe ngerokok nggak?

Busyet??? Nih cowok blak-blakan banget, eh…iya gue lupa kalo lagi chat sama anak punk.

M : nggak
B : biasa kali cewek ngerokok, udah gak tabu lagi.
M : iya……tapi gue nggak ngerokok
B : serius loe
M : yee…ngapain juga gue boong.
B : mhhhh…bagus dong?
B : Btw di Jogja kost ya?
M : iya
B : asyik dong? Bebas nggak kost an loe?
M : maksudnya apaan tuh? Bebas gimana maksudnya?
B : gak usah marah….bebas maksudnya bawa temen cowok.
M : kumpul kebo maksud loe????
B : ??????
M : eh… gue nggak gitu yah? Nggak semua anak kost bebas seperti yang loe pikirin.
M : satu lagi ya, gw no free sexs
B : gak usah marah dong gue kan Cuma nanya.lagian gue kan nggak bilang loe kumpul kebo.

Tiba-tiba aja adrenalin gue naik kepancing sama pertanyaan Nara, ni cowok bocor banget.

B : mana pict loe, katanya mau di upload
M : nggak ada
B : kok gitu,boong lagi yah?
M : gak ada pict yang bagus jadi males nguploadnya.
M : napa memangnya?
B : gue penasaran aja sama loe
M : kacian yah…??? Iya deh entar gue upload
B : kapan???
M : iya nanti
M : btw band loe suka manggung dimana?
B :oohhh… kita suka bikin event sendiri sama-sama komunitas punk.
M : oh gitu?

Au melirik jam ditanganku, udah jam 10 malem mataku sudah terasa berat sekali akupun memutuskan untuk pulang.

M : gue off yah?
B : eh…entar dulu mau kemana sih?
M : da malem ngantuk nih…
M : bye
B : bye..
Akupun langsung mengsign out YM ku.

***

Tiba-tiba HP ku bunyi, aku melirik jam weker yang berada di sisi tempat tidurku, jam 01.45 pagi, “sapa sih yang nelpon malem-malem gini,”

“hallo,” sapaku masih dengan nada males.
“hallo zha, sorry ganggu nggak ? terdengar suara asing dari seberang sana.
“siapa nih??? Ujarku heran.
“masa lupa, tadi yang chatting sama loe”
“siapa???”
“Nara….”
Degh jantungku berdetak seketika, kaget banget, ditelponin sama Nara.
“eh nara ada apa? Tumben nelpon ?” sapaku dengan nada geer.
“pengen aja denger suara loe?”
“masa sih,” ujarku lagi dengan senang.
“lo lagi dimana Nara?”
“gue lagi nongkrong nich sama temen?”
“ngggg… nggak tidur yah?” ujarku lagi.
Aduh bingung nih mau nanya apa, kok gue jadi gugup ya, ngomong sama Nara.
“he…he…belom ngantuk zha.”
“Nara, besok PM an lagi bias nggak,” tiba-tiba ide gila muncul di otakku.
“besok, bias nggak yah.?
Please aku berharap Nara menjawab oke.
“oke dech zha…, mhhh…loe nggak kuliah besok?”
“nggak, kebetulan lagi libur seminggu, sebelum ujian semester senin depan.
“oke dech…udahan dulu yah zha, terusin gih tidurnya?
“eh iya,” jawabku sedikit gugup.
“bye”

ya ampun aku nggak mimpi, Nara menelpon ku, kok aku mulai mikirin dia yah….suaranya…enak banget di dengar, tenang gitu….sapa kira kalo dia seorang punkeers.

Setelah itu mataku terasa sulit sekali untuk terpejam.yang ada dipikiran ku hanya Nara dalam sosok DJ Winky. Mhhhh….Nara. aduh kok aku tiba-tiba nggak kangen Idam lagi yah… padahal tadi yang aku harapkan menelpon ku adalah Idam, tapi ternyata Nara yang menelpon, yah tapi nggak apa-apalah, aku juga seneng banget ditelpon sama Nara.
aku mencoba menghubungi Idam, nggak diangkat, Idam tidur kali yah, kucoba lagi menghubunginya, terdengar NSP dari handphone nya lagu jenuh dari Rio Febrian. Jenuh….mungkin nggak yah Idam udah jenuh padaku, gumamku dalam hati.

4.

Keesokan harinya….

Jam 2 siang aku bergegas menuju warnet langgananku, setelah membuka YM ku, aku lihat Nara udah online.

M : hai….udah lama yah?
B : nggak barusan aja
M : mmhhh… loe udah makan belom?
B : napa ? mau traktir nih
B : udah tadi makan nasi uduk. Loe udah makan?
M : belom…
B : kok nggak makan, udah siang loh?
M : ntar aja, bias nyelor mie instant nanti.
B : eh…jangan banyak-banyak makan mie dong, nggak baik buat kesehatan. Ada tuh tetangga gue, keseringan makan mie instant ususnya tipis.”
M : iya…tapi mau gimana lagi anak kost Cuma bias makan mie instant aja, sebelum nunggu kiriman datang.”
Aduh…Nara perhatian banget, pacarku aja nggak pernah perhatian kayak gini.
B : kita ngobrolin apa yah?
M : asiknya ngobrolin apa dong?
B : apa ya?
M : mhhh…kok bingung???”
B : zha, loe bilang loe anak band juga yah?”
M : iya…dulu waktu masih SMA
B : masih sering manggung??
M : nggak lagi, temen-temen gue udah pada bubar,”
B : oh…
B : aliran musiknya apa?
M : pop gitu, tapi kita nggak bawain lagu orang, kita nyiptain sendiri lagunya.”
B : hebat dong…masih sering latihan nggak
M : nggak lagi..?
B : loe biasa pegang alat musik apa?
M : gue bias main gitar sama keyboard.”
B : wow..
M : band loe gimana?”
B : kita masih sering latihan kok, ntar malem juga mau latihan, soalnya nanti kita mau ngadain event lagi, namanya D.I.Y Festival”
M : wah asyik tuh…gue udah lama nggak ke gigs
B : datang dong ke Jakarta, nanti gue ajak loe lihat aksi panggungnya anak punk.
M : wah pengen banget tuh??
M : boleh nanya nggak?
B : apa?
M : punkers tuh galak nggak??penampilannya kan sangar, cuek, lusuh gitu?
B “Jangan mencap miring anak punk, kalo belon dekat. Mereka emang cuek, tapi juga tau diri. Kenapa mesti berpakaian lusuh?
M : napa…?
B : punk ya gitu…. Punk adalah sebuah ideology dan jalan hidup. Menilai seseorang sebagai punk hanya dari penampilan…wahhhh bias menyesatkan.
M : sbg orang yang dibilang “buta tentang punk” gue sangat tertarik dengan punk. Gue lihat di dalam punk ada kebebasan yang dipertanggung jawabkan, walaupun gue nggak survive jadi street punk beneran.
B :manusia kadang melihat “muka”, judge book by its cover, sedih sih tapi sayangnya itu opini pribadi setiap orang.
M : ra…gue heran aja, kok style loe nggak ngepunk?
B : maksudnya…??
M : gak Mohawk rambutnya.”
B : meskipun gue nggak idnetik dengan style punk, tapi jiwa gue punk idealis, gue rela mati buat idealis gue, karena Cuma itu yang gue punya, gue gak punya harga diri, gengsi atau apalah…yang gue punya Cuma idealis dude???
B : gue pecinta kebebasan zha…???, gue Cuma pengen hidup merdeka, tidak mau tertindas dan gak mau menindas.
M : ra boleh nanya nggak?
B : apa…?
M : udah lama jadi punkers?
B : 9 tahunan gitu, napa…??
M : wah lama juga yah, Keluarga loe gimana?
B : keluarga gue sendiri juga nggak bias nerima kehadiran gembel punk, untuk mengenal idealis itu sendiri gue harus kehilangan bokap gue. makanya gue mau terus berusaha dan membuktikan kalo gue bias keep on struggle in this fuckin life.

M : begitu parah kah…??
B : any way untuk jadi punk dalam arti sesungguhnya itu cukup berat dan banyak rintangannya, pasalnya punk memang lepas dari keteraturan, bebas dari pengekangan, anti kemapanan, punk sejati memegang teguh idealisme, tau ujung pangkal, luar dan dalam kenapa mereka milih jadi seorang punkers. Theres no heaven for an idealist, but who ares? I like my way and I live in my own heaven that called punk…
B : loe tau nggak pesan perjuangan punk zha,?
M : apa tuh??
B : anti penindasan, anti fasisme, hidup mandiri, selalu kreatif dan peduli sesame.
M : boleh komen dikit nggak??
B : silakan aja?
M : gue rasa idealis bukan berarti menolak semua yang tidak kita suka, ketika hal itu memberi sesuatu yang tidak merugikan dan memang kita butuhkan, why not???
B :mhhhh….bisa juga? Menjadi punk bukan berarti bebas dari aturan.
M : gue pernah datang ke gig scene punk di kota asal gue, gue lihat para punkers menunjukkan sifat liarnya dengan moshing2 gak karuan, teriak2 gak jelas, ngoceh2 dan marah2 gitu, hal ini bikin gue bertanya dalam hati mereka sebenarnya ngerti nggak sih makna lagu yang sedang dibawain? Mereka tuh moshing2 bergembira ria karena seneng dan meresapi lagu apa Cuma moshing karena pengaruh minum cap tikus doank. Selidik2, dan hal ini yg buat gw jd miris, ternyata memang benar, kebanyakan dari mereka Moshing karena dibawah pengaruh Alkohol tingkat tinggi. Gara2 kearoganan mereka, di daerah gw punk jadi di cap sampah n jelek. Tiap Gigs mencantumkan “No Punk No Underground”
B : yang seperti itu emang ada..
mereka bukan punk, mereka hanya poser, generasi yang terjajah oleh pikiran dangkal mereka.. ada sih…beberapa oknum yang menyalahgunakan arti punk, Cuma buat gaya2an doang atau Cuma nangkep istilah “sex & violence” doang gak ada yang laen, sebenaernya punk itu lebih banyak positifnya ketimbang Cuma sex & violence doang.
B : gw sendiri ngerasa heran sama punk jaman sekarang.
punk dianggep kyk sebuah gangster, yg klo pengen masuk jadi anggotanya harus ber-dresscode jeans kumel, baju belel, rambut Mohawk,, dan anting dimana2
n attitude seorang punker haruslah yg berangasan, maen gaplok, maen palak, suka minum, doyan nyimeng, dan gak tau adab.
B : klo udah gitu mana spirit punk nya ? bukannya menjadi “pemberontak” terhadap sistem yg smells like, malah jadi sampah yg ikut2an suatu “style konyol murahan”
M : bias gitu yah….? Mending gak punk dari pada punk tapi gak tau arti punk sebenernya, kalo buat trend doing ngabisin waktu aja.
B : mereka2 ini menganggap Punk Harus Kasar, kotor, ga mandi (emang Iya seh) tapi Filosofinya kan dah Laen Yah…??? Punkers memang jarang mandi, agak kasar, dll tapi dengan Idealisme Kuat untuk membuktikan bahwa kita bias DIY. , ga tergantung orang laen, dan untuk melawan penindasan. Gw jadi berharap banget deh, Filosofi Punk yang dah dirancang Sid Vicious Dkk dr Sex Pistols bisai kembali lagi…....
M : DIY apaan….??
B : do it your self
M : artinya…???
B : diingg??? Pe er buat loe…
B : zha…gue boleh ngomong nggak?
M : ya udah mau ngomong apa?”
B : gini zha….kita kan punya hobi sama dalam musik, trus ngomong sama loe nyambung, pokoknya gue enjoy aja kalo chatting sama loe.”
M : iya terus…
B : kalo kita pacaran, lucu kali yah??
M : maksudnya????
B : iya gue suka sama loe, dan pengen jadi pacar loe”
M : kok bias??
M : loe kan belom kenal gue, belom tau face gue kayak apa?
B : fisik nomor 2 buat gue zha,?
M : serius loe??? Anak punk bias gombal juga yah??
B : gue serius zha, nggak gombal.
M : kalo gue jelek gimana?
B : ya…nggak pa-pa, gue suka sama loe”
M : trus kalo misalnya gue terima loe, ngak taunya setelah loe lihat fisik gue, lo kabur? Gimana?
B : ya nggak gitu kale zha?, makanya upload dong pict loe…gue penasaran banget nih?
M : iya dech, nanti gue upload.
B : Btw loe terima gue nggak….??”
M : mhhhh….iya dech gue mau jadi cewek loe.”
B : serius loe???”
M : iya serius.”
B : mau nerima gue apa adanya?”
M : iya
B : thanks yach?
B : tapi inget ya… jangan lupa upload fotonya.
M : iya…iya

Tiba-tiba HP ku bunyi, eh…ada SMS dari Egan, baru muncul tuh anak.

Zha loe dimana
Gue di kostan loe.
Bls.cpt
Sender : Ember

Ya ampun Egan kok baru SMS sekarang sih, nggak tau orang lagi asik juga.

Eh…nunggu ya?
Gue lagi di Warnet gang sebelah
Jemput gue yah…?
Sender: mhoza

B : buzz
B : buzz
B : lagi sibuk chat sama yang lain yah?
B : tuh kan mulai selingkuh?
M : eh nggak, lagi bales SMS temen sorry yah?
B : serius loe, nggak boong kan?
M : nggak, sumpah…
B : ya udah nggak apa-apa?
M : ra, gue off dulu yah, ada temen yang dating ke kostan.
B : cewek atau cowok.
M : cowok…
B : loe jangan selingkuh ya?
M : nggak kok, dia temen kuliah gue, temen akrab gue maksudnya.
B : ya udah… entar malem gue telpon yah…?
M : serius nih…jam berapa
B : iya serius…jam 12 an dech.
M : ya udah ditunggu ntar malem.
M : bye
B : bye

Aku mengsign out YM ku dengan senyum sumringah, entar malem Nara mau nelpon. Kulihat Egan sudah menunggu di parkiran depan, cepat-cepat aku keluar menghampirinya.

“gila loe, gue cari-cari aja di kostan loe, kagak ada orangnya” ujar Egan sewot.
“salah loe sendiri napa nggak SMS dulu kalo mau datang,” balasku.
“ngerjain apa sih loe di warnet,”
“nggak ngerjain apa-apa, gue chatting aja,”
“kayaknya loe udah keranjingan chatting deh?” ujar Egan sambil menyelidik
“ngggak lagi males aja nggak ada kerjaan mending ke warnet, eh Gan gue tadi kenal cowok di internet, trus dia nembak gue,”
“trus lo terima aja, dia nembak loe,”
“iya.” Jawabku singkat
“laki-laki dan manusia mana lagi yang berhasil loe tipu zha, lagian loe percaya aja yah… sama cowok di dunia maya, loe nggak tau kalau ternyata yang nembak loe tadi om-om yang lagi puber, atau kakek-kakek tua, atau jangan-jangan gay.”
“ husss..dia tuh keren tau, namanya Nara, wajahnya tuh mirip-mirip DJ Winky gitu…trus dia tuh anak band, punkeer gitu” ujarku berapi-api.”
“punkers apa poser, jangan-jangan hanya style nya aja yang punk nggak tau aja dalemnya hello kitty” ujar Egan lagi sambil ngeledek.
“loe kok sirik aja ma gue, , ya sutralah mau punkers kek, poser kek atau hello kitty kek, lagian gue gak serius-serius amat kok, bakal ketemu aja nggak“
“tapi loe seneng kan zha?” balas Egan
“udah dech penting nggak dibahas, lagian kan Cuma romansa dunia maya gan, gue nggak bodoh-bodoh amat langsung percaya aja, gue Cuma nyari temen kok,” ujarku membela diri.
“itu namanya loe udah selingkuh dari Idam, dikibulin baru tau rasa loh, ayo buruan naik gue mau ajak loe makan mie ayam yang di deket kampus” ujar Egan sambil menstrater motornya.
“tumben loe baek, lagi kena undian yah….”
“ah mau tau aja loe…., mau ditraktir nggak”
“mau dong,” ujarku bersemangat.
“Eh Zha besok mau ikut gue nggak ke Bantul,” ujar Egan sambil terus mengemudikan motornya.
“apa…gan,” jawabku yang tak begitu jelas mendengar pertanyaan Egan karena suara bising kendaraan yang berlalu lalang.
“loe mau ikut gue nggak ke Bantul besok,” jawab Egan mengulang pertanyaannya.
“mau, mang mo ngapain”
“makanya jangan mau aja, dengerin dulu, pakde gue mau akikahan anaknya yang baru lahir sekalian gue mau silaturahmi, udah lama nggak kesana. Loe mau ikut nggak??
“mau dong, loe jemput gue yah….???

***

malamnya…
aku sudah tak sabaran lagi menunggu Nara menelpon, sekarang udah hamper jam 12 malam, mataku masih enggan terpejam. Hingga akhirnya intro where is the love nya black eyed peas bergema dari HP ku, kulihat dilayar yang muncul nama Idam Chayank. Akhirnya… setelah hamper 3 minggu tak ada kabar darinya.
“hallo,” sapaku
“zha…kamu belum tidur,” terdengar suara idam dari ujung sana.
“belum, tumben nelpon,” tanyaku lagi dengan suara bergetar.
Anehnya… sekian lama tak ada kabar dari Idam tiba-tiba saja aku sangat gugup menerima telponnya.
“iya, aku kangen, gimana kabarnya, baik?”
“ mhhh….aku baik, kamu gimana?” Tanya ku lagi .aku bingung mau ngomong apa sama Idam.
“baik juga, lagi sibuk apa sekarang Zha…?”
“nggak lagi ngapa-ngapain, Cuma mau siap-siap aja buat ujian semester minggu depan,”
“ohhh… aku udah selesai ujiannya, sekarang lagi libur,”
“ohh…gitu,” ujarku singkat.
Degh…kenapa bias kaku seperti ini,
“ya udah, kamu tidur aja, hari udah malem tuh…,” terdengar suara Idam hendak mengakhiri pembicaraan.
Idam selalu begini, mengapa hubungan kami nggak sehangat dulu lagi, apakah Idam tak begitu perduli lagi padaku, gumamku dalam hati.
“ iya, aku juga udah ngantuk dam, udah dulu yah,” ujarku dengan sedikit kecewa.
“oke bye…?”
“bye….” Ucapnya dari seberang sana.

Mataku kini lebih sulit terpejam, tak terasa air mata mengalir dipipiku, semakin aku berusaha menghapusnya tapi semakin deras ia mengalir. Aku pun telah lupa kapan terakhir aku mengalami saat-saat yang manis bersama Idam.

Baru saja aku memutuskan untuk tidur tiba-tiba HP ku berbunyi lagi, kulihat di layer nama Nara tertera di sana.
“malem zha…?” terdengar suara bising dari seberang sana
“mhhh….malem juga ra,” sapaku dengan suara serak.
“loe napa zha, sakit yah…” ujar Nara dengan nada khawatir
“nngg… nggak kok gue baik-baik aja, Cuma sedikit flu,” aku berbohong untuk menutupi kalau aku baru saja menangis.
“makanya, jaga kesehatan, jangan terlalu capek, eh… minum susu jangan lupa loh, itu baik buat kesehatan,”
“iya…Cuma disini lagi musim hujan, makanya dingin banget.” Ujarku lagi.
“nanti kalau kemana-mana jangan lupa pake jacket zha…”
“iya…”
“loe udah makan belom zha,”
“belom,”
“kok belom sih.”
“loe sediri udah makan belom,” tanyaku
“belom juga,”
“gimana sih, loe juga belom makan, tapi udah mengkhawatirkan gue,” balasku
“gue gampang aja zha, bentar lagi juga makan kok,” sahutnya
ternyata Nara sangat perhatian sekali, mengapa bukan Idam yang seperti itu, gumamku.
“loe lagi dimana ra, kok berisik banget” ujarku mengalihkan topic pembicaraan.
“gue lagi di gigs sama band gue,”
“oh ….rame nggak?”
“rame…?”
“mmhhh… jadi pengen liat”
“makanya cepet ke jakarta dong”
“btw zha besok bisa chating lagi nggak..”
“aduh ra… sory yah, gue udah janji sama temen mau ke Bantul,”
“oh….ngapain?”
“gini, pakdenya temen gue mau akikahan anaknya,”
“oh…iya, nggak pa-pa deh?”
“hati-hati aja ya dijalan,”
“iya deh.”
“zha, udah dulu yah, disini tambah rame deh kayaknya,” ujarnya hendak menutup telpon.
“oke, thanks ya ra…” ujarku
“eh…jangan lupa minum obat ya, biar cepet sembuh..”
“iya-iya,”
“ dah..sayang?”
ah gombal apa tuh sayang-sayang, aneh, anak punk bias juga gombal, ya cowok jaman sekarang, stok gombalnya segudang, kayaknya kalo nggak gombal bukan cowok deh namanya.

5.

Bosan

Gue bosan, beberapa minggu ini gue selalu mendengar Last Drive dengan Fuckin Homenya dengan volume yang super duper rendah. Gak tau mau ngapain, otak gue bener-bener blank.
Setelah pergulatan hebat selama beberapa minggu, akhirnya gue putusin browsing internet, pas chatting gue kenal seorang cewek, anak Jogja katanya, pas gue bilang gue seorang punkers dia exited banget. Kelihatannya dia tertarik sama punk dan sering nanya-nanya ke gue tentang kehidupan punk.
Beberapa hari chatting tu cewek selalu ada, asyik sih ngobrol sama dia, nyambung dan kayaknyanya tu cewek smart banget. Akhirnya gue tembak aja. Aduhhh…gokil, gue diterima, gak tau sih mungkin dia juga ngerjain gue, . Penasaran sih tuh cewek facenya kayak apa. Tapi udahlah, hanya di dunia maya, syukur-syukur bias ketemu. Lagian aneh cewek sekarang belum pernah ketemu ditembak kok mau aja. He.he… gue harap gue gak speecless aja liatnya kalau nanti ketemuan.
Gue Nara, udah 9 tahun gue menjadi punkers, meskipun banyak pro dan kontra dengan kehadiran punk, gue gak setuju punk di cap jelek dan terkesan punk Cuma sampah masyarakat yang hidup sebagai parasit karena ada segelintir orang yang bikin rusak punk. Gue punkers dalam artian semangatnya dan gue tau esensi punk itu sendiri. Abis gimana yah, masih banyak masyarakat yang menganggap punk adalah gaya yang berbahaya. Masyarakat lebih cenderung untuk ngucilin seseorang hanya karena berpenampilan berbeda, padahal mereka tidak tau sifat dalamnya. Contohnya nggak usah jauh-jauh dech, Bo-Nyok gue juga pada awalnya nggak nerima kehadiran gue dan waktu itu gue sampai bersitegang dengan Bokap selama 4 tahun, tapi akhirnya gue keterima juga karena jelek-jelek begini gue tetep anak mereka dan adik gue entah kenapa justru bangga sama gue.
He…he…asyik juga menggali-gali lagi masa lalu, gue Cuma mau berbagi cerita perjalanan tentang how do I get here. Asal mula gue tertarik dengan dunia punk. Gue sudah cukup tergila-gila dengan musik sejak gue kecil banget. Dan karena itu gue makasih banget sama bokap nyokap yang udah ngenalin gue sama musik. Dulunya setiap pagi bokap selalu nyetel musik dari tape tua kenang-kenangan bokap nyokap waktu masih pacaran, mulai dari ABBA, Sketer Davis, Lobo sampai Panbers selalu diperdengarkan setiap hari dirumah gue.
Gue juga inget betul perkenalan pertama gue dengan musik yang bener-bener gue suka, dulunya gue punya tetangga sebelah rumah bang jay namanya setiap hari ia selalu nyetel musik kenceng-kenceng maklumlah sambil memperkuat identitasnya sebagai preman senen jadi suka nyetel musik kenceng-kenceng (saingan sama bokap). Kumpulan lagu-lagu 80-an nya banyak antara lain rolling stone, duran-duran, steelhart dan masih banyak lagi. Dan kaset pertama yang gue beli itu dulunya kaset Gun n Roses, lengkap dengan poster-posternya yang memenuhi pojok kamar gue.
Selera pun berubah sejak saat itu, yang awalnya suka sama Backstreet Boys, Boyzone sampe The Moffats jadi berubah total dan mulai melirik ke Bon Jovi.dan waktu SMA gue mulai dicekokin hard core sama temen sebangku gue waktu SMA, karena sering bolos kerumahnya gue jadi tau sehari-harinya dia denger Metallica, Megadeth sampe Nirvana, gue mulai demen yang kenceng-kenceng, dan gue tambah terus koleksi kaset gue sampai akhirnya tamat SMA selera musik gue juga berubah-ubah, gue mulai denger Green Day, blink 182
Dari situlah awalnya gue kenal punk, awalnya diajak temen ke gig yang diadain anak-anak punk, kayaknya rame dan beda dari lain, gue jadi tertarik dan akhirnya ikut-ikutan, selain musik ketertarikan gue dengan dunia punk karena interasi, gaya hidup dan pemikirannya pas dengan otak dan hati.
Karena semakin tertarik dengan dunia punk gue selalu ada dalam setiap gig yang diadain komunitas punk, disitulah gue ketemu Ramone, Dulche, Adioz dan Kithink. Akhirnya kita sepakat membentuk sebuah band yang kita beri nama The OI. Kita sepakat ngasih nama The OI karena kita ngerasa The OI atau Street Punk sendiri menganut prinsip kerja keras itu wajib, jadi kita pengen punya prinsip hidup mandiri, bebas dalam kebersamaan dan kreatif. Oh… ya kenalin ini anggota band gue, Ramone di Vocal, doski vocalnya emang top banget, walaupun bawain lagu hard core dengan beat-beat yang cepat, tapi tetep lembut, suaranya metal abis. Kalo Dulche posisinya sebagai gitaris, Kithink di Melody dan Adioz, ini drummer gue yang post addict banget kalau mau manggung mesti negek dulu. Orangnya emang rada keras kepala dan susah dikasih tau, tapi all the way he is my drummer keepin’punks. Dan gue sendiri bassis di band gue.
Band kita udah 4 tahun berdiri, selain sering tampil setiap ada parade di gig scene punk, kita juga sedang berusaha bikin demo musik kita ke studio musik. Tapi saying masih ada studio musik yang nggak nerima genre musik kita , karena para produser rekaman hanya mau ngorbitin artis asal musik mereka easy listening dan dilihat bakal laku. Maka bawaannya produser juga pada nyari band-band atau penyanyi yang easy listening juga. Celakanya lagi para senior seperti Slank dan Iwan Fals pun pada akhirnya terpaksa ngikutin arus bikinin lagu easy listening juga. Pengen marah tapi nggak bias, kita juga nggak punya kemampuan untuk berbuat sesuatu. Tapi paling nggak kita berusaha menggugah loe-loe semua dengan musik kita, meskipun underground lagu yang penuh dengan hentakan emosi dan hamper-hampir nggak bias didengarkan ini adalah cerminan dari gaya berpikir kita, selain itu kita hanya ingin menghilangkan sempitnya paradigma masyarakat yang memberi stigma negative akan anak-anak punk. Masyarakat kebanyakan mempunyai dogma kalau anak-anak punk adalah sampah masyarakat yang tidak punya masa depan, padahal masyarakat tidak mengetahui secara jelas aktifitas anak-anak punk diluar panggung musik, mereka hanya melihat punk secara kasat mata.
6.

Beberapa puluh ribu kilometer dari kost-kostan Mhoza, jauh diseberang sana, pekat malam yang menyelimuti Jakarta, seolah tak pernah mati oleh orang-orang yang mencurahkan energy mereka di lautan moshpit. Disalah satu sudut kota Jakarta, ratusan orang yang mengklaim diri mereka sebagai punkers tampak memadati gig scene punk. Mereka bergembira ria dengan lantunan musik underground, celana kulit dan jacket kulit menjadi andalan mereka, dengan rambut bergaya spike atau Mohawk, Body piercing, rantai dan gelang spike menjadi salah satu yang wajib di kenakan dan tak lupa, selain boots tinggi, para Punkers juga biasa menggunakan sneakers dari Converse. Gaya para punkers tersebut maka tak salah jika ada ungkapan PUNK NOT DEAD.!!.
Dak…bru….gedubrak…hegh lagu yang tak bias didengarkan tengah tersaji disebuah lapangan yang tak begitu luas. Sekerumunan laki-laki berambut gondrong yang memainkan musik ber riffing sangar dan dentuman drum hiperblasting dengan vocal-vocal growl menyuarakan sederetan lirik caci maki, sumpah serapah lengkap dengan aksesoris seram dan berkostum hitam. Dari sore para pemuda dengan dandanan ala punk mulai berdatangan memadati lapangan itu. Setelah lepas Is’ya, musik keras mulai menggedor gendang telinga. Lagu yang dinyanyikan berbahasa inggris, memang keras dan menghentak. Para punkers yang ada di depan panggung sama sekali tak ada yang diam, mereka bergerak secara brutal kesana kemari. Lagu yang berisi sindiran supaya melakukan perubahan seolah semakin bernyawa.

***

gelap langit Jakarta semakin pekat tapi tak ada tanda-tanda para punkers akan pulang, bau minuman yang menyengat seolah-olah membuat suasana semakin hidup. Setiap kali ada penyelenggaraan konser punk minuman keras sepertinya hal yang biasa, dicegah bagaimanapun akan ada saja yang bawa. Meskipun minuman keras identik dengan anak punk, namun nggak semua anak punk adalah peminum. Ada yang menganggap dengan minum mereka serasa saudara, satu botol untuk beberapa orang. Walaupun gue nggak nyangkal kalo gue juga sering minum. Malam ini gue hanya minum sedikit, minum basa-basi istilahnya, maksudnya minum nggak sampe mabok. Capek banget abis maen di gigs. Pulang ini yang ada dipikiran gue Cuma tidur dan tidur. Malam yang berat, tapi terasa enteng ngejalaninnya, beginilah gue menikmati hidup, bukannya sombong, gue Cuma pengen hidup mengalir apa adanya.
Barusan gue nelpon mhoza cewek yang gue kenal waktu chating, aneh kenapa gue mikirin dia, mungkin karena gue sedikit dalam pengaruh alcohol. Jujur dua minggu yang lalu gue baru mutusin cewek gue, sayang aja mantan gue nggak pernah mensupport gue dalam segala hal, termasuk jalan hidup gue dan band gue, sakit hati sih nggak, tapi kecewa itu yang gue rasain. Karena Belakangan gue baru tau dia nikung dibelakang gue. Gue paling benci dibohongin, bagi gue pengkhianatan adalah dosa yang nggak termaafkan. Sial kenapa harus ada cewek matre di dunia ini, fuck cewek-cewek matre, fuck orang-orang borju yang ngandelin harta bokapnya. Sayang masih ada cewek yang berpikiran sempit tentang punk, kalo udah begitu pertanyaannya kenapa mau pacaran sama punkers.

***

pahit terasa di rongga-ronga mulut gue, gue mulai menyundut rokok, kayaknya tubuh gue perlu sedikit asupan nikotin. Bau alcohol dan asap rokok memenuhi kamar kost gue yang berukuran sempit itu. Jam menunjukkan pukul 3 pagi, biasanya gue sama anak-anak masih berada di jalan, malam ini kami memilih pulang ke sarang masing-masing.

8.

Perjalanan dari Bantul tak terasa melelahkan, keluarga pakdenya Egan benar-benar ramah, mhh…gue jadi inget rumah. Jam menunjukkan pukul 3 sore, besok harus ke kampus, ngelihat jadwal ujian. Senin depan udah ujian semester, gue harus bener-benar siap. Entar malem mau ke warnet, tugas gue belum kelar, besok terakhir ngumpulin papernya. Tiba-tiba handphone gue bunyi, gue lihat nama Nara tertera di sana.
“hallo,” sapaku
“lagi dimana zha,?”
“di kost-kosatan.”
“udah pulang dari bantul nya?”
“udah,loe lagi dimana ra,”
“lagi dirumah, nguras air, kebanjiran tadi.”
“Jakarta hujan yah?”
“iya.”
“ntar melam bias chatting lagi nggak,” tanyaku
“mhhh, lihat ntar malem aja dech.”
“oke.”
“udah dulu yah,” ujarnya dari seberang sana
“bye”

entar malem gue janjian chatting lagi sama Nara, sekalian nyelesein paper yang masih kurang dikit lagi.

***

malemnya di warnet…

aku membuka YM ku… nara masih belom online, akupun memutuskan hunting bahan buat paper. Setengah jam kemudian di monitor muncul Band_del is now online.

Band_del : zha
M : hai…
B : dah lama
M : udah setengah jam
B : sorry tadi lagi ada kerjaan dikit
M : loe lagi dimana ra?
B : di warnet temen
M : lagi pake cam nggak
B : nggak, lagi dipake sama yang laen
B : pic loe mana zha, katanya mau upload
M : iya gue belum sempet ngupload
B : tu kan boong lagi
M : iya besok deh
M : enaknya ngobrolin apa ra?
B : terserah loe…
B : btw kapan ke Jakarta?
M : belom ada planning sich, soalnya gue mo ngadepin ujian semester
B : ohh…
m : ra, boleh nanya nggak?
B : apa???
M : loe punya pacar??
B : kan kemaren dah dibilangin, gue baru putus
M : masa sih, nggak niat cari lagi?
B : nggak ada yang mau sama gue??
B : pacar loe gimana zha??
M : gue long distance, jarang ketemu sich.
B : he… kalo horny gimana?
M : apaan tuh…nanya nya
B : iya loe kan jarang ketemu sama pacar loe
M : maksudnya nyalurin hasrat
M : cewek nggak gitu kali
B : mustahil lah…
M : loh kok maksa…penting yah??? ganti topic deh
B : buzz
B : buzz
M : nah loe sendiri gimana? Kan baru putus tuh sama cewek loe
B : gue biasanya jajan diluar kalo lagi horny
M : oya…nggak nyangka yah… loe….
Parah nih cowok kelihatan aslinya, jadi bete nih chatting sama Nara.
B : buzz
B : buzz
B : napa kok diem
M : ngak napa-napa?
B : marah yah?
M : nggak, napa musti marah
B : kok diem
M : itu kan pribadi loe, jadi terserah loe dech
Aduh obrolan mulai garing nih…bete banget.
B : kok terserah…kita kan udah jadian, mestinya loe nerima gue apa adanya dong
M : terserah…
B : loe kenapa??
M : terserah…
B : persetan dengan kata terserah..
M : terserah
B : marah ya??
Jadi males ngelanjutin chatting, payah obrolannya garing banget. Akupun langsung mengclose YM ku tanpa mengsign out nya.
B : buzz
B : buzz
B : buzz

Kenapa sih… gue mulai mikirin Nara, kenapa juga gue jadi bete waktu dia bilang suka jajan diluar kalau lagi nggak punya pacar. Jadi males chating sama nara lagi, Akupun mulai menyelesaikan paper ku yang masih sedikit lagi, sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang.


Jam 8 malam Hp ku bunyi, di layer tertera nama Nara.

“hallo” terdengar suara dari ujung sana
“napa ra?” sapaku
“loe napa pergi gitu aja nggak pake di sign out yahoo nya,”
“nggak napa-napa lagi ada kerjaan aja,”jawabku
“oh gitu…”
“loe marah ya sama gue,” nara bertanya lagi
“nggak, marah kenapa?”
“engg…masalah yang tadi, loe bilang kan mau nerima gue apa adanya,”
“nggak gue kaget aja, loe bilang suka jajan diluar, tapi nggak ngaruh kok buat gue,” sahutku singkat
“jadi loe nggak marah kan sama gue, gue janji deh bakal berubah,” jawab Nara mengagetkanku
“serius loe, gue nggak nyuruh loe berubah, itu kan hidup loe, loe yang ngejalanin, jadi terserah loe mau gimana? Jawabku
‘kok terserah… ya udah nggak apa-apa kalo loe masih marah sama gue, gue Cuma minta maaf aja, kalo salah sama loe, ya udah bye zha,” ujarnya sambil menutup telepon.
Aduh Nara, gue nggak marah kok, Cuma kaget aja sama kejujuran loe, tapi gue percaya kalo loe suka jajan. Gumamku dalam hati

8.
seminggu setelah ujian, nggak ada telpon atau SMS dari Idam, nara juga tak ada khabar darinya. Akupun malas untuk menghubungi mereka. Idam mungkin sedang sibuk ujian, tapi apakah tak ada sedikit waktu untuk mengabari aku, atau mungkin Idam sudah benar-benar melupakan aku. Nara…mungkin dia marah padaku, sudah dua minggu aku tak chatting dengannya.
aku pun mecoba untuk mengecek emailku, hatiku tergelitik untuk membuka YM ku, dalam hatiku berharap Nara online. Tak lama kemudian muncul di monitorku Band_del is now online. Aku tersenyum
mhoza_wow : haiii……
m : haiii….ada orangnya nggak???
M : buzz
M : buzz
Tak ada reply dari Nara, mungkin dia masih marah padaku, gumamku dalam hati, tak lama kemudian
B : hai
M : kok lama reply nya
M : masih marah ya?
B : nggak…
B : lagi dimana?
M : warnet
M : gimana khabarnya?
B : baek, udah selesai ujiannya?
M : udah…
B : libur dong sekarang??
M : belom sih, tapi udah nggak aktif lagi kuliahnya.
B : ohh.
B : zha gue off dulu yah??
M : kok cepet, mau kemana?
B : gue ada janji sama temen
M : iya deh
B : bye
M : bye…
Akupun mengclose YM ku,

Aku melirik jam yang ada dipergelangan tanganku, jam menunjukkan pukul 3 sore, Egan, kemana dia, udah dua hari aku tak melihatnya di Kampus,